Enkulturasi Pendidikan Budi Pekerti melalui Lagu-lagu Tradisional Anak
A. Pendahuluan
`
Enkulturasi
dari kata Enculturation merupakan istilah antropologis .Istilah ini
diperkenalkan oleh Herkovits, dia merumuskan enkulturasi sebagai berikut: “
Pengalaman belajar yang membedakan manusia dengan makhluk-mahluk lainnya, lewat
mana manusia sejak awal dan juga pada
masa hidup selanjutnya memperoleh kompetensi dalam kebudayaannya” (Hubertus, 1992: 29). Dalam proses ini seseorang belajar
terus-menerus melalui kebudayaannya tentang adat-istiadat, sistem norma dan
nilai, peraturan hidup serta cara menyikapi serta berfikir guna hidup dan
menanggapi hidup bersama masyarakatnya. Enkulturasi dalam bahasa Indonesia
dapat diterjemahkan dengan pembudayaan, sedangkan dalam bahasa Inggris sering
disebut institutionalization.
Istilah
ini lebih tepat digunakan dalam tulisan ini karena ingin mengungkapkan sejak
awal masa hidupnya seseorang anak perlu mendapatkan enkulturasi secara bertahap
tentang norma-norma, peraturan hidup serta hal-hal yang harus dilakukan sebagai
mahluk social dalam masyarakat. Selain itu dalam proses enkulturasi juga tidak
digunakan kekerasan untuk memaksakan aturan-aturan dan norma perilaku dalam
masyarakat tersebut. Aturan-aturan, norma-norma, pranata social tidak akan
menarik bila hanya diminta mengingat mapun menghafal. Aturan-aturan itu juga
tidak akan diterapkan bila melalui pendekatan hafalan tanpa kontrol perilaku. Sebaliknya aturan-aturan dan pranata social
akan mudah diterima anak hingga orang tua bila dikemas melalui lagu-lagu,
melalui lagu tradisional anak-anak hingga tembang maupun mocopat bila dalam
budaya jawa.
Tulisan
ini juga memilih istilah budi pekerti daripada menggunakan istilah karakter
yang saat ini popular digunakan. Istilah karakter sama dengan watak, padahal
yang namanya karakter masih terdiri dari dua kemungkinan kategori baik atau
buruk. Sedangkan dengan istilah budi pekerti hanya memungkinkan satu pilihan
watak perilaku saja yaitu perilaku baik. Pekerti adalah perbuatan sedangkan
budi mengandung pengertian baik; jadi dengan istilah budi pekerti sudah akan
jelas yang dituju yaitu perbuatn-perbuatan baik. Penggunaan istilah karakter
atau watak masih ambigu, watak mana yang dituju, sebab ada dua watak yaitu baik
dan buruk. Untuk itulah mangapa Nenak moyang kita dahulu menggunakan istilah
budi pekerti dalam dunia pendidikan, bukan memilih istilah watak. Kelemahan
lain bila kita menggunakan istilah watak/karakter maka sebetulnya belum
terpancarkan keluar sebab watak masih dalam sistem kognitif di otak
masing-masing manusia, sedangkan budi pekerti mengandung pengertian operasional,
sudah merupakan perbuatan-perbuatan baik yang dilakukan dengan perbuatan baik
yang dilakukan sebetulnya sekaligus juga sudah otomatis sebelumnya ada sistem
berfikir anak/manusia tentang norma-norma dan pranata yang baik untuk dilakukan
kepada masyarakat.
Dalam
tulisan ini akan membahas tentang enkulturasi pendidikan budi pekerti melalui
lagu-lagu tradisional serta dampak keuntungan pendidikan budi pekerti melalui
lagu-lagu tradisional tersebut.
B.Pmbahasan
Tujuan pendidikan watak
adalah mengajarkan nilai-nilai tradisional tertentu, nilai-nilai yang diterima
secara luas sebagai landasan perilaku yang baik dan bertanggung jawab. Pada
umumnya ciri-ciri watak yang baik yang menjadi
dan yang menjadi tujuan pendidikan watak adalah: rasa hormat, tanggung
jawab, rasa kasihan, disiplin, loyalitas, keberanian, toleransi, keterbukaan,
etos kerja dan kepercayaan serta kecintaan kepada Tuhan .(Zuchdi, 2010: 39).
Pranata dan
norma-norma: Loyalitas, rasa hormat, keberanian, tanggung jawab, rasa kasihan,
disiplin, etos kerja, rasa kasihan, toleransi, keterbukaan dan kepercayaan serta kecintaan kepada Tuhan
bila diwujudkan dalam bentuk perintah-perintah yang bersifat imperatif kepada
anak-anak tidak akan menarik dan bahkan anak bisa menjadi memiliki sikap
pemberontak sebab mereka merasa dipojokan dan dipaksa oleh orang tua atau
generasi terdahulunya. Semua aspek sepuluh pranata social tadi bila diwujudkan
dalam lagu-lagu maka anak menjadi senang dan secara bertahap tertanam dalam benak
mereka akhirnya akan berupaya untuk mewujudkan sikap-sikap dan perilaku baik
yang tersurat dan tersirat dari makna lagu-lagu tersebut.
Folk song, seperti halnya folk klore memiliki fungsi dalam masyarakatnya sebagai berikut:
“ …projective system to assert their
vision, to legalize institution, to pedagogical device for child and to
controlling its society.
Folk song have tree kind of form (a) functional song; (b) lyrical song; (c)
narrative song. Functional folk song for examples to make children to sleep
(lullaby); to make people more work hard; and to communication for more close
each others by ply song “ ( Bascom
in Danandaja, 1991: 19). Lagu-lagu rakyat memiliki
fungsi sebagai sistem proyektif, menggambarkan kondisi masyarakatnya; untuk
menetapkan pranata-pranata, sarana pendidikan dan mengontrol masyarakatnya.
Aturan-aturan serta nilai-nilai yang dianggap luhur dan baik dilakukan melalui
lagu-lagu rakyat.
1.Loyalitas
Ada sebuah lagu
tradisional jepang yang membangkitkan semangat loyalitas terhadap bangsa dan
Negara yaitu lagu Arokoku No Hana, lagu inilah yang membangkitkan semangat seorang Krisbiantoro,
artis terkenal di era tahun 70-an hingga tahun 80-an untuk berjuang dan
berkarya yang baik bagi bangsa dan negaranya. Lagunya sebagai berikut ini: Arokoku No Hana
¾ Do = Bb
! 5 . 5 ! 1
. 2
! 3 . 1 !
5 .
. !
Mas hi ro
ku Fu ji
no
! 6 . 1 !
7 1 6 ! 5
. . ! 5 . .
!
Ke da ka
sa wo
! 3 . 3 !
6 . 1 ! 5 .
6 ! 5 . . !
Ko ko ro
no tsu yu i
! 1 . 1 ! 3
. 2
! 1 . . ! 1 .
. !
Ta te
to shi te
! 2 . 2 ! 5
. 3
! 2 1 2 !
3 . .
!
Mi ku ni
nit su ku su
! 5 . 5 ! 1
7 6
! 2 . . ! 2
. .
!
O mi na
ra wa
! 5 . 5 ! 3
. 3
! 2 1
2 ! 1 . .
!
Ka ga ya
ku mi o
no
! 7. 2 !
17 6 ! 5
. . ! 5
. .
!
Ya ma sa
ku ra
! 1 . 1 ! 7 .
6 ! 3 .
6 !
5 . . !
Shi ni sa
ki mi o
u
! 6 . 6 ! 3 .
2 ! 1 .
. ! 1
. . !
Ku ni no
ha na
Lagu ini menceritakan tentang seorang anak haruslah kelak
menjadi bunga bangsa, berjuang mengharumkan nama bangsa. Bagaikan bunga sakura
bunga itu menjadi perisai bagi bangsa jepang berjuang menjadi bunga-bunga yang
mengharumkan nama dan memajukan bangsa, jadilah engkau bunga-bunga bangsa. Lagu
ini tertanam dalam sanubari seorang krisbiantoro sejak waktu kecil. Saat dia
sekolah SD diajari di sekolah lagu ini. Lagu inilah pula yang mendasari dalam
hidup dia untuk selalu berjuang dalam hidup ini dan mewujudkan bunga bangsa dan
akhirnya memang demikian, dari artis hanya pentas di kelas hingga menjadi
terkenal se-Indonesia dan dekat dengan Presiden pada periode tersebut.
2. Rasa Hormat
Dalam lagu Gundul-Gundul Pacul mengandung makna semiotic untuk
bertindak sopan terhadap orang lain, menghormati orang lain. Bertindak sombong
dan sembarangan akan mengakibatkan rugi diri sendiri. Syair Lagunya sebagai
berikut:
Gundhul-gundhul pacul, gembelengan. Nyunggi-nyunggi wakul
gembelengan, Wakul glimpang segane dadi sak latar, wakul glimpang segane dadi
sak latar. Jatirahayu & Suwarno (2003:20)
menjelaskan sebagai berikut: “ Piwulang
budi pekerti : … (2).Dadi manungsa bisaa rumangsa, aja rumangsa bisa. Yen bisa
rumangsa (ngrumangsani marang kahanane dhewe) mesthi bakal lembah manah, tepo
saliro.Nanging rumangsa bisa bakal kumalungkung”. Jadi manusia harus bisa
merasa bukan merasa bisa, bila merasa bisa maka orang akan sombong terhadap
orang lain. Kesombongan ini mengakibatkan rugi pada diri sendiri. Dalam lagu
tersebut menceritakan nasi yang dibawa jadi tumpah semua di tanah halaman rumah
(latar).
3.Rasa Tanggung jawab dan Kasih sayang
Lagu tradisional jawa “Oh
Adikku” berisi pembelajaran tentang tanggung jawab kakakaknya untuk mengasihi
dan menjaga adiknya selama ditinggal Ibunya. Syair lagunya sebagai berikut: Oh adikku kekasihku, aja pijer nangis.
Mengko dolan karo aku ana ngisor uwit manggis delo maneh Ibu rawuh ngasto
oleh-oleh. Gedhang goreng kuwih moho adik diparingi. Artinya sebagai
berikut: Adikku yang kusayang, jangan menangis terus. Mari bermain di bawah
pohon manggis. Sebentar lagi Ibu datang membawa oleh-oleh pisang goreng dan
kuweh moho lalu Adik diberi.
4.Rasa Kasihan
Ajaran mengasihi orang
lain dan para fakir miskin tersirat dalam lagu Bu sibu Wonten Kere. Syair
lagunya sebagai berikut: Bu sibu wonten
kere, kerene ngelak lan luwe, tigang
dinten sambate, dhereng maem sakprene. Enyoh ngger wenehono, sego jangan lan
tempe, karo welingen kerene, kon mrene saben dhino. Terjemahannya: Bu Ibu ada pengemis,
pengemis haus dan lapar, mengaduh selama tiga hari hingga saat sekarang belum
makan. Ini nak berikan pengemis, nasi sayur dan temped an beri pesan supaya
dhateng tiap hari. Lagu ini sungguh mengajarkan mencintai orang lain, berempati
bila orang tidak makan tiga hari. Ibunya sangat baik menyuruh pengemis dhateng
setiap hari untuk diberi nasi sayur dan tempe.
5.Rasa disiplin dan kerja keras
Lagu berjudul “Siji loro telu” memiliki syair sebagai
berikut: Siji loro telu, tangane sedheku,
mirengake Bu Guru menowo didhangu. Papat nuli limo lenggahe sing toto aja padha
sembrono mundhak ora bisa. Terjemahannya sebagai berikut: satu dua tiga,
tangannya bersila, mendengarkan Ibu Guru bila ditanya, empat kemudian lima
duduknya yang rapi jangan ugal-ugalan nanti tidak bisa.
6.Kejujuran dan Anti korupsi
Kuwi apa Kuwi
lagu: Ki .Wasitodipuro
7 1 4 5 7
1 71 5
4 5 1
7 5 3
4 4 4
5 3 4
Kuwi apa kuwi e kem bange mla ti
sing tak pu ja pu ji
7 5
1 7 5
4 7 1
7 4 3 1 34 5
434175
a ja da ko
rup si marga yen koropsi ne gar a ne ru gi
3 4 4
5 3 4 1 3
4 5 1
7 1 7
5 4
Pi ye mas pi
ye aja ngono
ngono ngono ku wi.
Arti lagu tersebut sebagai
berikut: Itu apa itu , yang bunga medlati yang ku puja-puji Jangan
berkoropsi bila korupsi negar menjadi merugi. Bunga melati bisa berarti para
pejabat sebab melati merupakan salah satu pangkat perwira tinggi (Mayor) bila
dalam aturan pangkat kemiliteran.
7. Kepercayaan serta kecintaan terhadap Tuhan
Sebuah lagu “Srengenge
Nyunar” yang menggambarkan keindahan alam dan berbakti kepada Sang Pencipta
diungkapkan sebagai berikut: Srengenge
nyunar kanthi mulyo, angine midid klawan reno, manuke ngoceh ana ing wit-witan,
khewane nyenggruk ana ing pasuketan, yo padha munji Allah kang Mulyo, yo padha
muji Allah kang Mulyo. . Dalam lagu ini mengajarkan bahwa alam
begitu indah selanjutnya manusia sebagai mahluk ciptaan Tuhan agar memuji Allah
pencipta segala alam semesta.
C. Kesimpulan
Pendidikan budi pekerti
dapat di-enkulturasikan melalui lagu-lagu . Syair lagu-lagu yang dipilih adalah
lagu-agu yang sesuai dengan pendidikan
budi pekerti yang ingin ditanamkan meliputi: rasa hormat,
tanggung jawab, rasa kasihan, disiplin, loyalitas, keberanian, toleransi,
keterbukaan, etos kerja dan kepercayaan serta kecintaan kepada Tuhan. Lagu-lagu
membuat peserta didik, anak senang, gembira dalam menyanyikan sekaligus juga
membuat makna syair lagu tersebut tertanam dalam sanudari dan berupaya untuk
selalu mewujudkan dalam hidup. Lagu mampi mendorong dan memotivasi orang untuk
berperilaku baik sesuia c ita-cita dalam lagu tersebut.
Daftar
Pustaka
Budd, Malcolm. 1985. Music and The Emotion. London: Routledge
& Kegan Paul Plc.
Danandjaja. James. 1991. Folklor Indonesia. Jakarta: Pustaka
Utama Grafiti.
Muda, Hubertus, Philipus Tule
& Julei. 1992. Inkulturasi
Flores: Pustaka Candraditya.
Pemerintah R.I. 2010. Kebijakan Nasional Pembangunan Karakter
Bangsa 2010-2025. Jakarta:
Kementrian
Pendidikan Nasional.
Pradoko, Susilo. 1995. "Paradigma Emic dan Etic dalam Penelitian Enomusikologi"
Diksi Yogyakarta: FBS UNY,
hal.170 - 177.
_______2004. "Teori-teori Realitas Social
dalam Kajian Musik" Dalam: lmaji
Jurnal Seni dan Pendidikan Seni Yogyakarta:
FBS UNY, hal. 53-61.
_______ 2009. Cara Mudah Aransemen Lagu.
Yogyakarta: Neo Book
Prier, Karl Edmund, Ed. 2004. Nusantara Bernyanyi Yogyakarta: Pusat
Musik Liturgi.
Jatirahayu,Warih & Suwarno
Pringgawidagda. 2003. Budi Pekerti ing
Lagu Dolanan Anak
Yogyakarta: C.V.Grafika Indah
Zuchdi, Darmiyati. 2010.
Humanisasi Pendidikan. Jakarta: P.T.Bumi Aksara.
0 komentar:
Posting Komentar