Anak Didik

Diberdayakan oleh Blogger.

Jumat, 10 Mei 2013

Enkulturasi Pendidikan Budi Pekerti melalui Lagu-lagu Tradisional Anak


Enkulturasi Pendidikan Budi Pekerti melalui  Lagu-lagu Tradisional Anak
A. Pendahuluan
`
Enkulturasi dari kata Enculturation  merupakan istilah antropologis .Istilah ini diperkenalkan oleh Herkovits, dia merumuskan enkulturasi sebagai berikut: “ Pengalaman belajar yang membedakan manusia dengan makhluk-mahluk lainnya, lewat mana manusia sejak awal dan juga pada  masa hidup selanjutnya memperoleh kompetensi dalam kebudayaannya”  (Hubertus, 1992: 29).  Dalam proses ini seseorang belajar terus-menerus melalui kebudayaannya tentang adat-istiadat, sistem norma dan nilai, peraturan hidup serta cara menyikapi serta berfikir guna hidup dan menanggapi hidup bersama masyarakatnya. Enkulturasi dalam bahasa Indonesia dapat diterjemahkan dengan pembudayaan, sedangkan dalam bahasa Inggris sering disebut institutionalization.
Istilah ini lebih tepat digunakan dalam tulisan ini karena ingin mengungkapkan sejak awal masa hidupnya seseorang anak perlu mendapatkan enkulturasi secara bertahap tentang norma-norma, peraturan hidup serta hal-hal yang harus dilakukan sebagai mahluk social dalam masyarakat. Selain itu dalam proses enkulturasi juga tidak digunakan kekerasan untuk memaksakan aturan-aturan dan norma perilaku dalam masyarakat tersebut. Aturan-aturan, norma-norma, pranata social tidak akan menarik bila hanya diminta mengingat mapun menghafal. Aturan-aturan itu juga tidak akan diterapkan bila melalui pendekatan hafalan tanpa kontrol perilaku.  Sebaliknya aturan-aturan dan pranata social akan mudah diterima anak hingga orang tua bila dikemas melalui lagu-lagu, melalui lagu tradisional anak-anak hingga tembang maupun mocopat bila dalam budaya jawa.
Tulisan ini juga memilih istilah budi pekerti daripada menggunakan istilah karakter yang saat ini popular digunakan. Istilah karakter sama dengan watak, padahal yang namanya karakter masih terdiri dari dua kemungkinan kategori baik atau buruk. Sedangkan dengan istilah budi pekerti hanya memungkinkan satu pilihan watak perilaku saja yaitu perilaku baik. Pekerti adalah perbuatan sedangkan budi mengandung pengertian baik; jadi dengan istilah budi pekerti sudah akan jelas yang dituju yaitu perbuatn-perbuatan baik. Penggunaan istilah karakter atau watak masih ambigu, watak mana yang dituju, sebab ada dua watak yaitu baik dan buruk. Untuk itulah mangapa Nenak moyang kita dahulu menggunakan istilah budi pekerti dalam dunia pendidikan, bukan memilih istilah watak. Kelemahan lain bila kita menggunakan istilah watak/karakter maka sebetulnya belum terpancarkan keluar sebab watak masih dalam sistem kognitif di otak masing-masing manusia, sedangkan budi pekerti mengandung pengertian operasional, sudah merupakan perbuatan-perbuatan baik yang dilakukan dengan perbuatan baik yang dilakukan sebetulnya sekaligus juga sudah otomatis sebelumnya ada sistem berfikir anak/manusia tentang norma-norma dan pranata yang baik untuk dilakukan kepada masyarakat.
Dalam tulisan ini akan membahas tentang enkulturasi pendidikan budi pekerti melalui lagu-lagu tradisional serta dampak keuntungan pendidikan budi pekerti melalui lagu-lagu tradisional tersebut.

B.Pmbahasan   
                Tujuan pendidikan watak adalah mengajarkan nilai-nilai tradisional tertentu, nilai-nilai yang diterima secara luas sebagai landasan perilaku yang baik dan bertanggung jawab. Pada umumnya ciri-ciri watak yang baik yang menjadi  dan yang menjadi tujuan pendidikan watak adalah: rasa hormat, tanggung jawab, rasa kasihan, disiplin, loyalitas, keberanian, toleransi, keterbukaan, etos kerja dan kepercayaan serta kecintaan kepada Tuhan .(Zuchdi, 2010: 39).
                Pranata dan norma-norma: Loyalitas, rasa hormat, keberanian, tanggung jawab, rasa kasihan, disiplin, etos kerja, rasa kasihan, toleransi, keterbukaan  dan kepercayaan serta kecintaan kepada Tuhan bila diwujudkan dalam bentuk perintah-perintah yang bersifat imperatif kepada anak-anak tidak akan menarik dan bahkan anak bisa menjadi memiliki sikap pemberontak sebab mereka merasa dipojokan dan dipaksa oleh orang tua atau generasi terdahulunya. Semua aspek sepuluh pranata social tadi bila diwujudkan dalam lagu-lagu maka anak menjadi senang dan secara bertahap tertanam dalam benak mereka akhirnya akan berupaya untuk mewujudkan sikap-sikap dan perilaku baik yang tersurat dan tersirat dari makna lagu-lagu tersebut.
                Folk song, seperti  halnya folk klore memiliki fungsi  dalam masyarakatnya sebagai berikut:
“ …projective system to assert their vision, to legalize institution, to pedagogical device for child and to controlling its society. Folk song have tree kind of form (a) functional song; (b) lyrical song; (c) narrative song. Functional folk song for examples to make children to sleep (lullaby); to make people more work hard; and to communication for more close each others by ply song ( Bascom in Danandaja, 1991: 19). Lagu-lagu rakyat memiliki fungsi sebagai sistem proyektif, menggambarkan kondisi masyarakatnya; untuk menetapkan pranata-pranata, sarana pendidikan dan mengontrol masyarakatnya. Aturan-aturan serta nilai-nilai yang dianggap luhur dan baik dilakukan melalui lagu-lagu rakyat.
1.Loyalitas    
                Ada sebuah lagu tradisional jepang yang membangkitkan semangat loyalitas terhadap bangsa dan Negara yaitu lagu Arokoku No Hana, lagu inilah yang  membangkitkan semangat seorang Krisbiantoro, artis terkenal di era tahun 70-an hingga tahun 80-an untuk berjuang dan berkarya yang baik bagi bangsa dan negaranya. Lagunya sebagai berikut ini: Arokoku No Hana
¾ Do = Bb
! 5 .   5   !   1 .   2   !  3 .  1  ! 5  .    .   !
Mas  hi      ro   ku    Fu   ji    no

! 6  . 1    !  7  1   6  !  5  .   . ! 5 .    .    !
Ke   da     ka     sa   wo

! 3 .  3    !  6  .  1    !  5 .  6  ! 5 .    .   !
Ko   ko    ro     no     tsu yu   i

! 1 .  1   !   3 .  2     ! 1 .  .    ! 1 .   .    !
 Ta    te     to   shi    te

! 2 .  2   !   5 .   3   !   2  1 2  ! 3 .  .    !
Mi    ku    ni     nit    su     ku su

! 5 .  5   !  1 7   6   !  2 .    .   !  2 .   .    !
O   mi      na     ra   wa

! 5 .  5   !  3 .  3     !  2  1  2  ! 1 .    .     !
Ka   ga     ya  ku     mi     o    no

! 7.  2    !   17   6   ! 5  .     .   !  5 .   .    !
Ya  ma     sa    ku   ra

! 1 .   1 !  7 .   6      ! 3  .  6    !  5  .   .   !
Shi   ni   sa    ki      mi     o       u

! 6 .   6 !  3 .   2     ! 1  .   .     !   1  .   .  !

Ku   ni    no   ha      na
            Lagu ini menceritakan tentang seorang anak haruslah kelak menjadi bunga bangsa, berjuang mengharumkan nama bangsa. Bagaikan bunga sakura bunga itu menjadi perisai bagi bangsa jepang berjuang menjadi bunga-bunga yang mengharumkan nama dan memajukan bangsa, jadilah engkau bunga-bunga bangsa. Lagu ini tertanam dalam sanubari seorang krisbiantoro sejak waktu kecil. Saat dia sekolah SD diajari di sekolah lagu ini. Lagu inilah pula yang mendasari dalam hidup dia untuk selalu berjuang dalam hidup ini dan mewujudkan bunga bangsa dan akhirnya memang demikian, dari artis hanya pentas di kelas hingga menjadi terkenal se-Indonesia dan dekat dengan Presiden pada periode tersebut.
2.  Rasa Hormat
            Dalam lagu Gundul-Gundul  Pacul mengandung makna semiotic untuk bertindak sopan terhadap orang lain, menghormati orang lain. Bertindak sombong dan sembarangan akan mengakibatkan rugi diri sendiri. Syair Lagunya sebagai berikut:
Gundhul-gundhul pacul, gembelengan. Nyunggi-nyunggi wakul gembelengan, Wakul glimpang segane dadi sak latar, wakul glimpang segane dadi sak latar.  Jatirahayu & Suwarno (2003:20) menjelaskan sebagai berikut: “  Piwulang budi pekerti : … (2).Dadi manungsa bisaa rumangsa, aja rumangsa bisa. Yen bisa rumangsa (ngrumangsani marang kahanane dhewe) mesthi bakal lembah manah, tepo saliro.Nanging rumangsa bisa bakal kumalungkung”. Jadi manusia harus bisa merasa bukan merasa bisa, bila merasa bisa maka orang akan sombong terhadap orang lain. Kesombongan ini mengakibatkan rugi pada diri sendiri. Dalam lagu tersebut menceritakan nasi yang dibawa jadi tumpah semua di tanah halaman rumah (latar).


3.Rasa Tanggung jawab dan Kasih sayang
            Lagu tradisional jawa “Oh Adikku” berisi pembelajaran tentang tanggung jawab kakakaknya untuk mengasihi dan menjaga adiknya selama ditinggal Ibunya. Syair lagunya sebagai berikut: Oh adikku kekasihku, aja pijer nangis. Mengko dolan karo aku ana ngisor uwit manggis delo maneh Ibu rawuh ngasto oleh-oleh. Gedhang goreng kuwih moho adik diparingi. Artinya sebagai berikut: Adikku yang kusayang, jangan menangis terus. Mari bermain di bawah pohon manggis. Sebentar lagi Ibu datang membawa oleh-oleh pisang goreng dan kuweh moho lalu Adik diberi.
4.Rasa Kasihan
            Ajaran mengasihi orang lain dan para fakir miskin tersirat dalam lagu Bu sibu Wonten Kere. Syair lagunya sebagai berikut: Bu sibu wonten kere, kerene  ngelak lan luwe, tigang dinten sambate, dhereng maem sakprene. Enyoh ngger wenehono, sego jangan lan tempe, karo welingen kerene, kon mrene saben dhino.  Terjemahannya: Bu Ibu ada pengemis, pengemis haus dan lapar, mengaduh selama tiga hari hingga saat sekarang belum makan. Ini nak berikan pengemis, nasi sayur dan temped an beri pesan supaya dhateng tiap hari. Lagu ini sungguh mengajarkan mencintai orang lain, berempati bila orang tidak makan tiga hari. Ibunya sangat baik menyuruh pengemis dhateng setiap hari untuk diberi nasi sayur dan tempe.
5.Rasa disiplin dan kerja keras
Lagu berjudul “Siji loro telu  memiliki syair sebagai berikut: Siji loro telu, tangane sedheku, mirengake Bu Guru menowo didhangu. Papat nuli limo lenggahe sing toto aja padha sembrono mundhak ora bisa. Terjemahannya sebagai berikut: satu dua tiga, tangannya bersila, mendengarkan Ibu Guru bila ditanya, empat kemudian lima duduknya yang rapi jangan ugal-ugalan nanti tidak bisa.
6.Kejujuran dan Anti korupsi
Kuwi apa Kuwi                                                                          lagu: Ki .Wasitodipuro      
7  1   4  5 7 1  71          5    4    5     1   7    5           3   4   4   4   5    3   4
Kuwi apa kuwi             e   kem bange mla  ti          sing tak pu ja pu ji

 7   5    1   7    5    4      7  1   7   4   3   1                 34 5    434175
a    ja   da  ko rup si      marga yen koropsi            ne gar a ne ru gi

3  4   4    5  3  4               1  3  4  5         1   7   1  7   5   4
Pi ye mas  pi ye              aja  ngono       ngono  ngono ku wi.

Arti lagu tersebut sebagai berikut:  Itu apa itu  , yang bunga medlati yang ku puja-puji Jangan berkoropsi bila korupsi negar menjadi merugi. Bunga melati bisa berarti para pejabat sebab melati merupakan salah satu pangkat perwira tinggi (Mayor) bila dalam aturan pangkat kemiliteran.                                                                                                               
7. Kepercayaan serta kecintaan terhadap Tuhan
Sebuah lagu “Srengenge Nyunar” yang menggambarkan keindahan alam dan berbakti kepada Sang Pencipta diungkapkan sebagai berikut: Srengenge nyunar kanthi mulyo, angine midid klawan reno, manuke ngoceh ana ing wit-witan, khewane nyenggruk ana ing pasuketan, yo padha munji Allah kang Mulyo, yo padha muji Allah kang Mulyo. . Dalam lagu ini mengajarkan bahwa            alam begitu indah selanjutnya manusia sebagai mahluk ciptaan Tuhan agar memuji Allah pencipta segala alam semesta.
C. Kesimpulan
            Pendidikan budi pekerti dapat di-enkulturasikan melalui lagu-lagu . Syair lagu-lagu yang dipilih adalah lagu-agu yang sesuai dengan  pendidikan budi pekerti yang ingin ditanamkan meliputi: rasa hormat, tanggung jawab, rasa kasihan, disiplin, loyalitas, keberanian, toleransi, keterbukaan, etos kerja dan kepercayaan serta kecintaan kepada Tuhan. Lagu-lagu membuat peserta didik, anak senang, gembira dalam menyanyikan sekaligus juga membuat makna syair lagu tersebut tertanam dalam sanudari dan berupaya untuk selalu mewujudkan dalam hidup. Lagu mampi mendorong dan memotivasi orang untuk berperilaku baik sesuia c ita-cita dalam lagu tersebut.

Daftar Pustaka

Budd, Malcolm. 1985. Music and The Emotion. London: Routledge & Kegan Paul Plc.

Danandjaja. James. 1991. Folklor Indonesia. Jakarta: Pustaka Utama Grafiti.

Muda, Hubertus, Philipus Tule & Julei. 1992. Inkulturasi Flores: Pustaka Candraditya.

Pemerintah R.I. 2010. Kebijakan Nasional Pembangunan Karakter Bangsa 2010-2025. Jakarta:
            Kementrian Pendidikan Nasional.

Pradoko, Susilo. 1995. "Paradigma Emic dan Etic dalam Penelitian Enomusikologi"
Diksi  Yogyakarta: FBS UNY, hal.170 - 177.

_______2004. "Teori-teori Realitas Social dalam Kajian Musik" Dalam: lmaji Jurnal Seni dan Pendidikan Seni Yogyakarta: FBS UNY, hal. 53-61.

_______ 2009. Cara Mudah Aransemen Lagu. Yogyakarta: Neo Book

Prier, Karl Edmund, Ed. 2004. Nusantara Bernyanyi Yogyakarta: Pusat Musik Liturgi.

Jatirahayu,Warih & Suwarno Pringgawidagda. 2003. Budi Pekerti ing Lagu Dolanan Anak  
Yogyakarta: C.V.Grafika Indah

Zuchdi, Darmiyati. 2010. Humanisasi Pendidikan. Jakarta:  P.T.Bumi Aksara.

0 komentar:

Posting Komentar