Interpretasi
dan Evaluasi Kajian Makna Seni Budaya Nusantara
A.M.Susilo Pradoko *)
Universitas Negeri Yogyakarta
A.Kebudayaan
(Culture)
Kebudayaan (culture) memiliki arti yang sangat kompleks. A.Krober dan
C.Kluckhon (dalam Hubertus Muda) mengumpulkan sebanyak 160 definisi kebudayaan.
Dalam bukunya berjudul Culture, A
Critical Review of Concept and Definitions tahun 1952. Edward B.Tylor (1871) mengungkapkan arti
kebudayaan sebagai berikut: “Kebudayaan adalah keseluruhan yang merangkum
pengetahuan, kepercayaan, kesenian, dan adat kebiasaan yang diperlukan manusia
sebagai anggota masyarakat”. (Muda, 1992:9) Kajian kata kunci (keyword)
tentang kebudayaan ditulis oleh Raymon
William (1985) dalam bukunya “Culture, Keyword A.Vocabularry of culture and
Society.
Tiga
arti penting kata kebudayaan menurut Wiliam sebagai berikut:
“But
we go beyond the physical reference, we have to recognize three broad active
categories of usage. The sources of two of these we havealready discussed: (i)
the independent and abstract noun which describe a general process of
intellectual, spiritual and aesthetic development, .. (ii) the independent
noun, whether used generally or specifically, which indicates a particular way
of life, whether of apeople, a period, a group, or humanity in general, from
Herder and Klemm. But we have also to recognize iii) the independent and
abstract noun which describe the works and practices of intellectual and
especially artistic activity. This seems often now the most widespread use
culture is music, literature, painting and sculpture, theatre, and film” (Wiliam, 1985: 90)
(Tapi kita melampaui
referensi fisik, kita
harus mengakui tiga kategori aktif
yang luas dari penggunaan. Sumber dua ini telah
kita bahas: (i) kata benda abstrak
yang independen dan menggambarkan
proses umum perkembangan intelektual,
spiritual dan estetika,; (ii) kata benda independen, apakah digunakan secara umum atau khusus, yang menunjukkan cara hidup
tertentu, apakah suatu kaum, periode, kelompok, atau
kemanusiaan secara umum, dari Herder
dan Klemm. Tapi
kita harus juga mengakui: iii) kata benda abstrak yang independen
dan menjelaskan karya dan praktik aktivitas intelektual dan terutama artistik.
Hal ini tampaknya sering sekarang budaya penggunaan paling luas adalah musik,
sastra, lukisan dan patung, teater, dan film).
Pengertian
kata kunci pertama adalah kata benda abstrak menggambarkan proses perkembangan
intelektual, spiritual dan estetika. Kata kunci kedua menyatakan kata benda
independen yang menunjukan cara hidup tertentu. Sedangkan kata kunci ketiga
adalah kata benda abstrak yang independen dan menjelaskan karya dan praktik aktivitas
intelektual dan terutama artistik..
Salah
satu arti kebudayaan yang sering digunakan dalam kajian budaya adalah arti
kebudayaan menurut C.Geertz. yang mengungkapkan teori tentang arti kebudayaan
sebagai berikut: “ The culture concept …… it denote an
historically transmitted pattern of meaning embodied in symbols, a system of in
herited conceptions expressed in symbolic forms by means of which men communicate, perpetuate, and develop
their knowledge about and attitudes to ward life”.( Geertz, 1973: 89). Definis
Gertz ini membuka cakrawala kita bagaimana kita mampu mengkaji kebudayan suatu
masyarakat dengan teori ini. Teori ini
lebih menekankan bahwa kebudayaan merupakan pola-pola arti yang dikemas dalam
bemtuk symbol dan melalui symbol itu manusia berperilaku dan mempertahankan
hidup.
B.Aliran
Penginterpretasian Makna Karya Seni
1.Aliran Referensialisme.
Sudut pandang referensialisme melihat bahwa arti karya seni terdapat di
luar karya itu sendiri.:
“ According to
this view, the meaning and values of a work of art exist out side of the work
it self. To find an art work’s meaning, you must go to the ideas, emotions,
attitudes, events, which the art work refers you to the world out side the art work. The functioan of the art work is
to remain you of, or tell you about, or help you understand, or make you
experience, samething which is extra-artistic, that is some thing which is out
side the crated thing and the artistic qualities which make it a created thing…. Every work of art is inflenced by a variety
of circumstances impinging on the choices the artist made in creating it. Some
this stem of the artist-his or her personal or professional history, present
life situation, characteristic interest, internalized influences, from ather
atist and so on. Other circumstances stem from the culture within which the
artist work, the general beliefe system about the arts, important past and
present political events, the existing social structure within which the artist
plays a part and so on” (Reimer, 1989: 17).
Cara
melihat referensialis dalam
memaknai karya seni dengan melihat lingkungan dimana seni itu diciptakan,
mempertimbangkan lingkungan budayanya, lingkungan religinya, kejadian saat
karya itu diciptakan , melihat suasana politik saat pembuatan karya seni,
melihat latar belakang senimannya, pergaulannya dan sebagainya sesuai dengan
konteks lingkungan yang mempengaruhinya.
2.Aliran
Formalisme
Sudut pandang formalisme menyatakan
bahwa seni ya hanya berarti bagi seni itu sendiri, nilai maknanya dilihat dari
struktur musik itu sendiri.. The meaning in a work art ennet menuliskan
pandangan Referensialisme sebagai berikut: “
The absolutist
says that to find the meaning in a work of art, you must go to the work itself
and attend to the internal qualities which make the work a created thing.In
music, you would go to the sounds themselves-melody, rhytme, harmpny, tone
color, texture, dynamic, form and attend to what those sound do “ (Reimer,
1989: 16)
3.Aliran
Ekspresionisma
Sudut pandang Ekspresionisme menyatakan sebagai
berikut:
“Absolute expressionism insist that meaning and value
are internal; they are functions of the artistic qualities them selves and how
they are organized. But the artistic/cultural influences surrounding a work of
art may indeed to be strongly involved in the experience the work gives ,
because they become part of the internal experience for those aware of these
influences.” (Repmer, 1989: 27)
Ekspresinisme memandang bahwa di
dalam kesenian makna dan nilai-nilai itu bersifat internal tidak terpisahkan
karena merupakan fungsi artistic dan kualitas itu sendiri dan bagaimana
kesenian itu diorganisasikan, dibentuk.
C.Rambu-rambu
Evaluasi Seni ( Musik )Nusantara.
Seni musik nusantara adalah seni musik yang ada di
seluruh wilayah nusantara dari Sabang
hingga Meraoke. Selain seluruh nusantara memiliki beribu pulau juga sekaligus
memiliki lebih dari 640 suku yang tinggal di seluruh wilayah nusantara. Seni
musik yang hidup dan berkembang dari ratusan suku masyarakat Indonesia itulah
yang merupakan musik nusantara.
Musik
yang hidup, dihidupi serta berkembang milik masyarakat tertentu, milik suku
inilah yang menurut Jaap Kunst sebagai wilayah Etnomusikologi , yaitu ilmu
musik milik etnis masyarakatnya.(Kunst, 1959). Dalam etnomusikologi ada
perspektif tersendiri dalam memandang musik etnis yaitu: (1).Musik hanya bisa
dipahami berdasarkan konteks kultural
di mana musik itu berada. (selanjutnya dituliskan perspektif 1) . (2) Kriteria
Baik dan Buruk sesuai kaidah estetis dan etis masyarakatnya.(selanjutnya
dituliskan perspektif 2) (Harahap dkk,
2000: 3)
Musik
Nusantara adalah musik-musik etnis yang berada di seantero Nusantara maka
perspektif yang digunakan dalam menilai dan mengkaji khususnya makna musik nusantara bagi masyarakatnya akan sangat tepat bila diletakkan pada
proporsi dalam perspektif 1. Apabila kajian makna simbolik misalnya tidak
diletakkan pada perspektif 1 maka akan
menimbulkan kesalahan dalam menafsirkan makna dan dapat menimbulkan penilaian buruk bagi
masyarakatnya. Kesalahan tafsir misalnya penghakiman isi syair musik, sebagai
masyarakat yang tidak mau maju, atau bodoh gara-gara mendengarkan salah satu
musik etnis yang isi syirnya berarti jangan membeli baju, jangan membeli baju
Oshamalo, membeli baju sama dengan
sengsara, sama dengan kesulitan. Setelah dilihat menurut perspektif 1 ternyata
bermakna nasehat agar tidak membeli baju dari orang Oshamalo karena mereka
rentenir dan pembuat sengsara masyarakat yang menciptakan lagu tersebut.
Makna lugas dari suatu syair lagu juga
kadang bukan dalam arti sebenarnya bila dilihat dengan perspektif 1. Rahayu
Supanggah memberikan contoh lagu dolanan anak Jawa dengan judul Koning-koning
sebagai berikut:
“ Koning-koning kawula kae lara kae lara.
Ngenteni si Khodhok langking. Ndok siji kapipilan, ndok loro kacomberan Doyak-doyak tawon goni …… Arti bebas sebagai berikut: Koning, koning
(kuning), itulah saya rakyat yang pada
sakit. Menantikan sikatak hitam. Satu telor diambil,
dua telor dirusaknya. Doyak-doyak (beramai-ramailah) si lebah madu. ……. Arti tafsir pemaknaan sesuai dengan konteks
kultural dan hitorisnya sebenarnya sebagai berikut: Hai para raja atau
bangsawan (koning dalam bahasa belanda
berarti raja), lihatlah para rakyatmu yang pada menderita. Mereka itu hanya mengharapkan datangnya
seekor katak hitam, katak buruk yang tidak ada manfaatnyadan nggak enak dimakan
seperti layaknya katak hijau, namun apa hasilnya ? Anak yang semata wayangpun (telor digunakan sebagai simbul benih
keturunan) kamu (bangsawan) ambil, dan telah banyak anak-anak kami lainnya
yang kamu rusak, ayau kamu lecehkan.
Kamu dating beramai-ramai bagaikan lebah yang hanya ingin menghisap
madu. ……. (Supanggah, 1996: 8)
Penafsiran,
pemaknaan serta memahami fungsi musik bagi masyarakatnya bila tanpa pemahaman (versteken) konetks kultural dimana
musik itu berada maka akan sangat mungkin terjadi kesalahan penafsiran makna,
apalagi bila penafsirannya berdasarkan cara pandang kita sendiri, pengalaman
budaya kita sendiri. James Zanden menuliskan sebagai berikut:
“ We
cannot grasp the behavior of other peoples if we interpret what they say and do
in the light of our value, beliefs and motives. Instead of we need to examine
their behavior as insider, seeing it within the framework of their values,
beliefs and motives. This approach, termed cultural relativism, suspend
judgement and views the behavior of people from the perspective of their own
culture” (Zanden, 1988: 69)
Kriteria
baik-buruk musik etnik sesuai dengan
kaidah etis dan estetis masyarakat pendukungnya. Ukuran dan nilai-nilai
keindahan musik berbeda dari masyarakat satu dengan masyarakat yang lain
termasuk berbagai jenis musik yang ada
dalam masyarakat tersebut.
Musik gamelan sekaten pada masyarakat lingkungan Keraton sekalipun dapat
dianggap bukan musik yang estetis bila
ukuran yang dipakai adalah standar musik barat di mana ada unsur harmoni yang
memiliki berbagai jenis akor tingkat satu hinga tingkat tujuh baik dalam tangga
nada mayor maupun minor (Pradoko, 2008: 3).
Mengapa seseorang mengatakan musik sekaten bukan musik ? Jawabannya
adalah karena musik gamelan sekaten tersebut tidak ada akornya, tidak ada
jenis-jenis akord C, A minor, D minor , G dan seterusnya, sehingga disimpulkan
sebagai musik yang buruk karena harmoninya tidak ada/tidak memenuhi criteria
akor dan sebagainya.. Perdebatan sejenis tentang musik dan bukan musik ini
sering terjadi dalam masyarakat,
mengukur estetika dan etika musik
melalui perspektif budaya lain adalah tidak tepat.
Aturan-aturan
serta estetikanya musik seriosa juga termasuk teknik-teknik vokalnya akan berbeda dengan aturan, etika serta
teknik vokal dalam penyanyi sinden, atau
penyanyi keroncong atau penyanyi campur sari maupun penyanyi musik lain yang
terkait dengan jenis musik etniknya serta kebiasaan budaya masyarakatnya. Sangat
berbahaya jika kita menilai penyanyi sinden dengan krtiteria secara teknik
vokal seriosa, para penyanyi sinden karakter cempreng menjadi salah satu
cirri karakternya sebab hal ini berhubungan dengan nuansa suara gamelan.
Sebaliknya dalam menyanyikan lagu-lagu seriosa lebih dituntut dengan teknik
suara yang lebih bulat, tak boleh cempreng demikian pula untuk para penyanyi
paduan suara tidak boleh cempreng . Untuk
lebih jelasnya bagaimana suara cempreng yang dimaksud bisa didengarkan ketika
kita mendengarkan suara gamelan kemudian muncul suara pesindennya atau para
pesindennya. Hal yang berbeda bila kita mendengarkan para penyanyi tungal
seriosa maupun festival paduan suara dengan latar musik barat.
D.Kesimpulan
Pemahaman yang komprehensif
tentang arti kebudayaan mampu memberikan referensi untuk mengkaji seni melalui
terminology kebudayaan sebab seni merupakan bagian dari kebudayaan Kajian aspek kebudayaan meliputi 3 hal yaitu
aspek sistem pengetahuan, aspeksistem symbol dan aspek budaya material, melalui
wujud hasil budaya.
Penginterpretasian
makna seni mencakup 3 model pula yaitu aliran Referensialis, aliran Formalis
serta aliran Ekspresionis. Ketiga aliran itu memiliki cara berargumentasi
sendiri-sendiri, bagi kita adalah perlu melihat kasusnya dalam mengkaji benda
seni yang akan diinterpretasikan maknanya.
Ukuran nilai
estetika dan etika seni budaya nusantara memiliki paradigmanya sendiri-sendiri
maka teknik mengevaluasi seninyapun berbeda-beda sesuai ukuran masyarakat
dimana seni itu berada, sesuai masyarakat pendukungnya.
Daftar Pustaka
Direktorat Jendral
Pendidikan Tinggi (Tim). 2005. Paradigma
Baru Pendidikan
Tinggi Seni di Indonesia. Jakarta : Dikti.
Geertz, Cliford. 1973. The Interpretation of Cultures. New York : Basic Books Inc.
Harahap,
Irwansyah. 2000. Etnomusikologi. Diktat Pelatihan Produksi Siaran Musik
Etnik di Radio
Haviland, William A. 1985. Antropologi. Terjemahan Soekadijo. Jakarta: Penerbit
Erlangga.
Kunst, Jaap. 1959. Ethnomusicology.
Amsterdam :
Martinus Nijhoff
Muda Hubertus SVD. 1992.
Inkulturasi . Ende: Pustaka Candradita.
Parto, Suhardjo.
1989. “Musik Etnisitas dan Abad XX” Dalam: Musik Seni Barat.
Pradoko, Susilo.
1995. “Paradigma Emic dan Etic dalam Penelitian Enomusikologi”
Diksi. Yogyakarta :
FBS UNY, hal.170 – 177.
Reimer,
Bennet.1989. A.Philosophy of Music
Education. New Jersey: Prentice Hall.
Supanggah,
Rahayu. 1996. Seni Tradisi, bagaimana ia
berbicara ? Makalah
disampaikan pada penataran
peneliti madya. Surakarta :
STSI Surakarta .
William Raymon.
1985. “Culture”, Keywords A Vocabulary of
Culture and Society. New York:
Oxford
University Press
0 komentar:
Posting Komentar