Penelitian
Kualitatif dan Inspirasi Permasalahan Penelitian *)
Dr. A. M. Susilo Pradoko, M.Si.
Sejarah dan
Gambaran Definisi
Penelitian kualitatif memiliki
tradisi yang cukup lama khususnya dalam penelitian antropologi, tokoh-tokoh
peneliti model ini: Boas, Mead,
Benedict, Bateson, Evan-Pritcard, Radclif- Brown, dan Malinowski dimana
meneliti di setting yang asing untuk studi adat-istiadat, kebiasaan masyarakat
lain dan Budaya. Pada 1920 an metode ini
juga dikembangkan oleh kelompok “Chicago School” dengan penelitian life
histori . Lima phase perkembangan
keilmuwan kualitatif, yaitu: Tradisional (1900 – 1950); Modern (1950 – 1970),
Aliran Blurred (1970-1986); Krisis
Representasi (1986-1990) dan Postmodern tahun 1990 hingga sekarang (Denzin dan
Yvonna S., 1994: 1-2).
Penelitian kualitatif merupakan
multi metode yang fokus, melibatkan interpretasi, pendekatan alamiah pada
materi subjek. Ini berarti bahwa penelitian kualitatif studi segala sesuatu
dalam setting alamiah mereka, berusaha mengerti dan menginterpretasi, fenomena
dalam pengertian sesuai arti masyarakatnya. Penelitian kualitatif melibatkan
studi menggunakan dan mengkoleksi variasi materi-materi empiris, studi kasus,
pengalaman personal, introspektif, life histori, interview, observasi, sejarah,
interaksional, dan teks visual yang mengambarkan rutinitas dan problem waktu
dan arti hidup individual (Denzin dan Yvonna S., 1994: 2).
Penelitian kualitatif sebagai
seorang yang professional mampu melakukan dan mengambil data yang pada
prinsipnya sebagai peneliti tunggal dalam segala aspeknya, walaupun di lapangan
dapat dibantu oleh tim atau kelompoknya. Denzin dan Yvonna menyebut sebagai A bricoleur (a kind of professional do it yourself person) (Denzin dan Yvonna
S., 1994:2). Lexy Moleong menyebut manusia sebagai instrumen, peneliti sendiri
atau dengan bantuan orang lain merupakan alat pengumpul data utama (Moleong,
1994: 4). Namun sebaiknya jangan lalu disimpulkan manusia sebagai instrumen,
tetapi lebih baik dinyatakan bahwa
manusia sebagai pemikir utama
pemecahan masalah, memilih metode yang tepat untuk permasalahannya,
mengumpulkan data, mengolah dan menyimpulkan selaras dengan setting
penelitiannya. Instrumen dalam penelitian kualitatif dapat berubah sesuai
dengan setting penelitian, bukan merupakan alat pengukuran yang baku yang
diprediksi sebelumnya seperti halnya dalam paradigm positivistic.
Berbagai paradigma digunakan dalam
strategi dan metode penelitian kualitatif, dari konstruktivisme hingga kajian
budaya, feminism, marxisme dan model-model studi etnik. Penelitian kualitatif
digunakan dari berbagai disiplin tidak hanya satu disiplin keilmuwan.
Penelitian kualitatif menggunakan semiotic, narrative, isi (content), wacana
(discourse), arsip, analisa phonemic, bahkan statistic. Selain itu menggunakan
pendekatan, metode dan teknik teknik etnometodologi, phenomenology,
hermeneutic, feminism, rhizomatik, dekonstruksionisme, etnografi, interview,
psikoanalisa, kajian budaya, survey, observasi partisipasi dan yang lain
(Denzin dan Yvonne, 1994:3). Kelompok Chicago School menggunakan kisah hidup
dan pendekatan etnografi untuk mengembangkan metode interpretasi yang berpusat
pada sejarah hidup (life history)
yang diceritakan; metode ini sering disebut sebagai metode life history. Selain model-model penelitian yang dapat
dikategorikan sebagai penelitian kualitatif seperti yang telah disebutkan masih
dapat ditambahkan di tulisan ini yaitu penelitian dengan model paradigm
strukturalisme, poststrukturalisme, strukturasi, dekonstruksi dan
penelitian-penelitian semiotic dalam masyarakat hiper realis, Yasraf Amir
Piliang (2010: 46) menyebut sebagai hipersemiotika,
semiotika kedustaan. Paradigma penelitian ini juga dikembangkan menjadi
penelitian action research
(penelitian) tindakan dalam kelompok social tertentu (Danim, 2002:43;
Penelitian Tindakan Kelas, Dit.PPTK dan KPT – Dikti, 2005; Madya, 1994: 1).
Penelitian kualitatif menekankan
realitas alami konstruksi social, hubungan kedekatan antar peneliti dan yang
diteliti dan suasana situasional yang menajamkan penelitian. Pencarian jawaban pertanyaan
penelitian yang menekankan bagaimana pengalaman social dibentuk dan memberikan
arti (Denzin dan Yvonne, 1994:4).
Perbedaan antara
Metode Penelitian Kuantitatif dengan Kualitatif
Perbedaan antara paradigma
positivisme yang kemudian menghasikan model penelitian kualitatif dan paradigm
postpositivisme yang kemudian menghasilkan berbagai jenis yang termasuk dalam
kategori penelitian kualitatif seperti yang telah diungkap terdahulu. Paparan perbedaan ini akan menggabungkan
sebagaian gagasan Lexy J. Moleong (1994: 16 ) dengan gagasan Sudarwan Danim (2002:34).
( Sumber: Lexy J.Moleong, 194:16.)
(
Sumber: Danim, 2002: 34)
Definisi Ringkas
Motode-metode Jenis Kualitatif dan Contoh Kasus Penelitian
1. Penggunaan
Aliran Strukturalisme
Strukturalisme adalah salah satu
paradigm pemikiran yang digunakan dalam penelitian masyarakat dan ilmu
social-humniora. Penelitian mnegupayakan mencari struktur social dan
kait-mengait struktur masyarakat dengan peran serta fungsinya. Dalam penelitian
musik misalnya: Model Struktur Aransemen Musik Kyai Kanjeng, dan yang sejenis.
Penelitian ini berupaya mengungkap struktur (permasalahan apa saja ) dalam
masyarakat. Tidak terbatas pada kelompok
masyarakat dapat pula melihat struktur bektuk teks, syair, tulisan dan
sebagainya.
2.
Aliran Poststrukturalisme
Poststrukturalisme adalah aliran
pemikiran yang menentang adanya struktur yang tetap dan berlaku secara
universal. Dalam bahasa misalnya tata bahasa ada yang berlaku keseluruhan yang
disebut langue namun juga ada parol-parol, atau bahasa terapan pada masyarakat
tertentu atau mudahnya disebut sebagai dialek suatu masyarakat tertentu, bahasa
Indonesia namun dengan dialek Banyumas misalnya.
Dalam penelitian musik misalnya kita
mengungkap aliran-aliran musik kontemporer, di mana kelompok muisk itu
menggunakan format-format, alat musik, dan harmoni yang berbeda dari harmoni
standar yang berlaku secara universal.
3. Strukturasi
Paradigma tentang perubahan suatu
masyarakat atau struktur social dikarenakan pengaruh adanya agency, seseorang atau kelompok yang
memiliki gagasan dan terus menerus gagasan itu diterjemahkan dan mampu diterima
dalam masyarakat untuk merubah struktur yang sudah tetap. Dalam musik misalnya
penelitian peran Sunan Kalijaga dalam syiar Islam melalui kebudayaan material
tradisi agama Hindu dan Budha.
4. Aliran
Dekonstruksi
Paradigma pemikiran dalam
filsafat yang melihat teks secara lebih tajam lagi dan memberikan makna baru
dan kritis atas penafsiran teks tersebut. Teks dipahami dan disusun ulang
dengan sudut pandang pemikiran yang berbeda, paradigm ini dicetuskan oleh
Jacques Derrida. Dalam musik misalnyamenganalisis teks syair lagu dengan sudut
pandang yang lain sehingga isi syair menjadi bermakna ganda/banyak/polisemi,
berbeda dengan makna yang diserap oleh kebanyakan orang.
5. Etnografi
Penelitian dengan cara melakukan
terjun langsung di masyarakat yang diteliti. Etnis berarti suku, kelompok
masyarakat tertentu dan grafi berarti tulisan, maka etnografi berarti tulisan
tentang suatu masyarakat etnik tertentu.
Cara melakukan penelitian dengan observasi partisipasi, mengamati
langsung masyarakat pemilik kebudayaan dengan melakukan wawancara, menghubungi
informan-informan, membawa buku catatan melakukan teknik field work, kerja di
lapangan dan dengan segera menuliskan setiap kejadian, data yang diperoleh
sesuai dengan fokus penelitiannya. Model penelitiannya sirkular, melingkar selalu cek dan mengecek ulang atas data dan
pengamataannya sehingga memperoleh interpretasi yang tepat sesuai pandangan
masyarakat yang diteliti. Bidang ilmu etnomusikologi banyak menggunakan
penelitian jenis ini. Penelitian model ini berasal dari tradisi keilmuwan
Antropologi.
6. Action Research
Penelitian tindakan di sekelompok
masyarakat/sekelompok murid (class room) untuk memberikan solusi atas
permasalahan yang dihadapi dengan cara
menerapkan solusi dan mengamati hasilnya serta merefleksikan hasil tindakan dan
terus menerus mengembangkan menjadi putaran siklus, biasanya putaran siklus
dilakukan dua atau tiga kali dalam suatu penelitian.
7. Fenomenologi
Penelitian ini bermula dari fenomena
yang ingin diteliti, dengan cara mempertanyakan langsung kepada orang-orang
yang mengalami peristiwa. Fenomenologi adalah ilmu yang mempelajari proses
kesadaran manusia untuk melihat gejala/fenomena yang tampak di depan mata.
Fenomena beserta kejadiannya tidak hanya dilihat dari kulit luarnya saja, akan
tetapi lebih mendalam adalah melihat apa yang ada di “balik” yang tampak
tersebut (Sutiyono, 2011:25).
8.Etnometodologi
Penelitian model ini, penelitian
melakukan kerja lapangan untuk mengetahui cara hidup kelompok masyarakat yang
diteliti. Penelitian ini merupakan upaya untuk mengungkapkan metode yang
dipakai kelompok masyarakat etnik dalam
menanggapi hidup. Dalam bidang musik misalnya penelitian yang akan
mengungkapkan metode pembelajaran musik yang dilakukan oleh kelompok musik
tradisi.
9. Life History
Penelitian tentang riwayat hidup
seseorang yang terkenal, dia memiliki potensi keilmuwan terhadap bidang yang
digeluti, ditangani. Dalam musik misalnya life histori dari pakar musik kroncong
yang membuat lagu Bengawan Solo, Gesang. Riwayat hidup pesinden dan penyanyi
pop lagu-lagu jawa, Waljinah. Penelitian dengan melakukan in depth interview,
wawancara mendalam tentang fokus permasalahan yang diteliti. Penelitian
menghasilkan deskripsi yang mendalam tentang kehidupan seniman tersebut, fokus
penelitian bisa mengenai masalah teknik bernyanyi, teknik membuat lagu atau
hal-hal lain. In depth-nya penelitian
ini bisa dibantu dengan mencari turning
point, perubahan peralihan, motivasi
mendalam mengapa akhirnya seniman tersebut memilih jalan sebagai seniman.
10. Analisis
Wacana
Penelitian analisis wacana atau
dalam bahasa Inggrisnya disebut Discourse
Analysis, atau disebut juga dengan lebih tajam analisisnya dengan
menyebutkan sebagai Critical Discourse
Analysis (CDA). Penelitian ini mengungkapkan makna teks, mengungkapkan
hal-hal yang terselubung dan memiliki tendensi tertentu dari teks yang ditulis
baik melalui buku-buku, karya sastra maupun media. Tokohnya antara lain
Fairclough, Michael Halliday dan Michael Foucault. Michael Foucault menggagas
tentang genealogi, dimana teks dipilah-pilah kemudian menjadi analisis yang
lebih tajam tentang makna yang diekspresikan dan keinginan apa/tersembunyi dari
teks naskah yang ditulis. Dalam musik misalnya dengan mengupas syair lagu yang
diungkapkan oleh musikus-musikus yang sering mengkritisi kehidupan social semisal Iwan Fals, Slangk.
11. Hermeneutik
Hermeneutika merupakan ilmu untuk
menafsirkan guna memahami sesuatu yang sifatnya abstrak dan gelap menjadi lebih
terang mampu menjelaskan persoalan yang semula bersifat abstrak tersebut. F.
Budi Hardiman menuliskan pengertian hermeneutik sebagai berikut:
“
Kata hermeneutik atau hermeneutika adalah pengindonesiaan dari kata Inggris hermeneutic. Kata terakhir ini berasal
dari kata kerja Yunani hermeneuo yang
artinya mengungkapkan pikiran-pikiran orang dalam kata-kata. Kata kerja itu
juga berarti menerjemahkan dan juga bertindak sebagai penafsir. Ketiga
pengertian ini sebenarnya mau mengungkapkan bahwa hermeneutic merupakan usaha
untuk beralih dari sesuatu yang relative gelap ke sesuatu yang lebih terang.
Dalam pengertian pertama hermeneuein dapat
dipahami sebagai semacam peralihan dari sesuatu yang sifatnya abstrak dan
gelap, yaitu pikiran-pikiran, ke dalam bentuk ungkapan yang jelas yaitu bentuk
bahasa “ ( Hardiman, 2003: 37).
Hermeneutik merupakan ilmu
tentang penafsiran, suatu proses tindakan interpretasi guna memahami ke akar
permasalahan, guna proses memahami tersebut seseorang atau peneliti harus
berada “di sana”, di wilayah lokasi penelitian-nya. Namun perlu mendapat perhatian bahwa kata
memahami di dalam konteks ini, bukan dimaksudkan sebagai kata memahami dalam
terminologi desain rancangan pembelajaran, sehingga kata kerja ini termasuk
dalam kategori “tidak operasional”. Kata memahami di dalam konteks hermeneutic
merupakan kata kerja yang jabarannya sangat luas sehingga mampu mengurai segala
aspek permasalahan dan menjelaskan segala aspek yang masih kabur menjadi jelas.
12.Semiotika
Semiotika merupakan ilmu tentang
tanda, ilmu untuk mengungkapkan makna tanda-tanda dalam kehidupan masyarakat. Robert
W. Preucel mengungkapkan arti semiotik sebagai berikut:
“Semiotik merupakan
lahan kajian, multi disipliner dalam cakupan dan dalam skop internasional,
mengembangkan studi kecakapan manusia untuk memproduksi dan mengerti
tanda-tanda. Apakah tanda itu? Tanda adalah semacam suatu ide, kata, gambar,
bunyi, dan objek yang kompleks berimplikasi dalam: komunikasi. Semiotik
meneliti sistem tanda dan mode representasi yang digunakan manusia untuk
menyampaikan emosi, ide, dan pengalaman hidup ” (Preucel, 2010:5).
Tanda merupakan bagian
dari kehidupan sosial masyarakat, sedangkan ilmu yang mengkaji tanda adalah
Semiotika. Semiotika semula muncul dalam ilmu bahasa, namun Roland Barthes
berpendapat bahwa tidak hanya digunakan untuk bidang bahasa saja:
“Tujuan
penelitian semiologi adalah untuk menyusun fungsi dari sistem penandaan selain
bahasa dalam kesesuaian dengan tipikal proses dari beberapa aktivitas
strukturalis, yang membuat suatu simulasi dari objek di bawah pengamatan”
(Roland Barthes dalam Sunardi, 2004:37).
Dalam
musik misalnya penelitian tentang musik tertentu yang digunakan dalam
masyarakat dan diterima sebagai musik yang luar biasa. Tanda-tanda musik
tersebut serta makna-makna yang dalam di masyarakatnya inilah yang diungkapkan.
Pilihan insert musik atau musik iklan, jingle; penelitiannya hingga mampu
mengungkapkan antara bunyi musik yang dimunculkan, konteks penguatan dalam
iklannya serta konteks media masa dan komunikasi dengan konsumen serta calon
konsumen.
Proposal
Penelitian dan Proses Penelitian Deskriptif Kualitatif Secara Umum
(Model Pemaparan Lexy Moleong)
Proses pembuatan proposal dan melakukan hingga
menemukan hasil penelitian secara umum yang dilakukan peneliti kualitatif bisa
mengikuti model deskriptif kualitatif-nya Moleong. Namun bila mempertajam pada
aliran-aliran kualitatif yang lain maka terlebih dahulu memahami teori-teori
yang telah dipaparkan terdahulu antara lain semiotika, strukturalisme,
fenomenologi, etnografi, analisis wacana dan sebagainya. Proses penelitian yang
mudah untuk penelitian kualitatif ini diambil dari Lexy J. Moleong (1994: 86) tentang pembuatan rancangan
penelitian kemudian dimodifikasi sedikit agar sekaligus menjadi proses dalam melakukan
tahapan penelitian menjadi sebagai berikut ini:
***********
Proposal
Kualitatif:
1.Latar Belakang Masalah dan Alasan Penelitian
2.Kajian Pustaka
3.Kesesuaian Paradigma dan Fokus/Masalah Penelitian
4.Pemilihan Lapangan penelitian/Setting Penelitian
5.Jadwal Penelitian dan Alat Penelitian
6.Rancangan Pengumpulan Data (data tertulis, arsip,
wawancara)
7.Metode Penelitian
**********
8.Rancangan Pengecekan Kebenaran Data (metode
sirkular).
9.Interpretasi Hasil Kesimpulan Penelitian Lapangan.
Kesimpulan
Penelitian
kualitatif merupakan multi metode yang fokus, melibatkan interpretasi,
pendekatan alamiah pada materi subjek. Ini berarti bahwa penelitian kualitatif
studi segala sesuatu dalam setting alamiah mereka, berusaha mengerti dan
menginterpretasi, fenomena dalam pengertian sesuai arti masyarakatnya.
Penelitian kualitatif menekankan realitas alami konstruksi social, hubungan
kedekatan antar peneliti dan yang diteliti dan suasana situasional yang
menajamkan penelitian. Pencarian jawaban pertanyaan penelitian yang menekankan
bagaimana pengalaman social dibentuk dan memberikan arti (Denzin dan Yvonne,
1994:4).
Proses dan tahapan melakukan penelitian kualitatif
dapat dilakukan dengan model penelitian deskriptif kualitatif-nya Lexy J
Moleong seperti yang telah dipaparkan terdahulu.
Daftar Pustaka:
Barthes, Roland.
(1981). Elemnts of Semiology. English
Translation: Jonathan.
New
York: Hill and Wang.
Denzin, Norman
K., Yvonna S.L. 1994. Handbook of
Qualitatif Research. California:
SAGE
Publications, Inc.
Danim, Sudarwan.
2002. Menjadi Peneliti Kualitatif.
Bandung: C.V. Pustaka Setia.
Foucault,
Michel. (1973). The Archaeology of
Knowledge. London: Tavistock
Publications.
Guba,
Egon G. dan Yvona S.Lincoln. 1994 ”
Competing Paradigms in Qualitative
Research” dalam Norman K.Denzin dan
Yvanna S. Lincoln: Handbook of
Qualitative
Research.
California: SAGE Publication.
Hardiman,
F.Budi. (2003). Melampaui Positivisme dan
Modernitas.Yogyakarta:
Kanisius.
Jorgensen,
Marianne W. dan Louise J.P. (2007). Analisis
Wacana Teori & Metode.
Terjemahan:
Imam Suyitno, Lilik S. dan Suwarna. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar.
Moleong,
Lexy J. 1994. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: P.T.Remaja Rosdakarya.
Preucel, Robert W. (2010). Arhaeological Semiotics. Malden:
Wiley-Blackwell
Publishing Ltd.
Sunardi,
ST. 2004. Semiotika Negativa. Yogyakarta:
Penerbit Buku Baik.
Sutiyono.
2011. Fenomenologi Seni Meneropong
Fenomena Sosial dalam Kesenian.
Yogyakarta: Insan Persada
Proposal
Kualitatif:
1.Latar Belakang Masalah dan Alasan Penelitian ; Fokus
Penelitian; Tujuan Pdnelitian.
3.Kesesuaian Paradigma dan Fokus/Masalah Penelitian
4.Pemilihan Lapangan penelitian/Setting Penelitian
5..Kajian Pustaka
6.Rancangan Pengumpulan Data (data tertulis, arsip,
wawancara)
7.Jadwal Penelitian dan Alat Penelitian
8.Metode Penelitian